Langsung ke konten utama

TEORI KEPRIBADIAN HANS EYSENCK

MAKALAH
TEORI KEPRIBADIAN HANS EYSENCK
 
 
Kelompok 4
Oleh :
Ahmad Ary Wahyu 08211001
M. Darwis El-Khatim
Sanggra Surya Wahyudi 08211307
Vivin Yanuar Fajaryanti 08211361
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
ASIA MALANG
2012
 
Teori Kepribadian Eysenck
I.                    Biografi dan Sejarah Hans Eysenck
Hans Eysenck lahir di Jerman pada tanggal 4 Maret 1916. Ayahnya adalah seorang aktor dan bercerai dengan ibunya saat dia baru berusia 2 tahun. Eysenck kemudian dirawat oleh neneknya. Dia hidup bersama neneknya sampai usia 18 tahun, ketika nazi mulai berkuasa. Sebagai seorang simpatisan Yahudi, terang saja kehidupannya terancam.
Dia kemudian pindah ke Inggris guna melanjutkan pendidikanya. Dia menerima gelar doktor di bidang psikologi dari University of London tahun 1940. Selama Perang Dunia II, dia bekerja sebagai psikolog di bagian gawat darurat perang.
Keyakinan Eysenck terhadap kebutuhan pengukuran yang akurat menjadikannya melancarkan kritik keras terhadap teori psikoanalisis. Psikoanalisis tidak memberikan pengukuran yang akurat dan reliabel bagi konsep psikologis mereka. Hal ini diyakini Eysenck sebagai kegagalan serius. Dalam menyusun teori sifat, Eysenck mencoba menghindari masalah ini dengan menggunakan pengukuran perbedaan individu yang reliabel. Dia menekankan pada keharusan pengukuran sifat kepribadian yang memadai. Pengukuran itu merupakan keharusan untuk mendapatkan sebuah teori yang dapat diuji dan jika gagal, tidak disetujui. Pengukuran seperti ini juga diperlukan untuk mengidentifikasikan asumsi dasar-dasar biologis dari sifat.
Teori kepribadian Eysenck memiliki komponen biologis dan psikometris yang kuat. Namun ia yakin kalau kecanggihan psikometris saja tidak cukup untuk mengukur struktur kepribadian manusia dan bahwa dimensi kepribadian yang melewati analisis factor bersifat steril dan tak bermakna kecuali mereka memiliki eksistensi biologis.
Inti pandangan Eysenck dalam psikologi dapat dicari sumbernya pada keyakinannya bahwa pengukuran adalah fundamental dalam segala kemajuan ilmiah, dan bahwa lapangan psikologi sebelumnya orang belum pasti tentang “hal” apa yang sebenarnya diukur. Eysenck yakin bahwa taksonomi atau klasifikasi tingkah laku adalah langkah pertama yang menentukan dan bahwa analisis factor adalah alat yang paling memadai untuk mengejar tujuan ini.
II.                Definisi Kepribadian
Menurut Eysenck kepribadian adalah keseluruhan pola tingkahlaku aktual maupun potensial dari organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Pola tingkahlaku itu berasal dan dikembangkan melalui interaksi fungsional dari empat sektor utama yang mengorganisir tingkahlaku; sektor kognitif (intelligence), sektor konatif (character), sektor afektif (temperament), sektor somatik (constitution).
III.        Struktur Kepribadian
Kepribadian menurut Eysenck memiliki empat tingkatan hirarkis, mulai dari hirarki yang tinggi ke hirarki yang rendah : tipe – traits – habit – respon spesifik.
-     Hirarki tertinggi: Tipe, kumpulan dari trait.
-     Hirarki kedua: Trait, kumpulan kegiatan, kumpulan respon yang saling berkaitan atau mempunyai persamaan tertentu.
-     Hirarki ketiga: Habitual Response, kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik, respons yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.
-     Hirarki terendah: Spesific Response, tingkah laku yang dapat diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Contohnya :
                       
 
Pandangan Eysenck
Pandangan Eysenck berhubungan dengan Hipocrates dan Gallen yang membagi empat tipe kepribadian dasar :
· Tinggi N dan Rendah E        : tipe Melankolis
· Tinggi N dan Tinggi E          : tipe Koleris
· Rendah N dan Tinggi E        : tipe Sanguinis
· Rendah N dan Rendah E      : tipe Plegmatis
                Ada tiga dimensi kepribadian menurut Eysenk, yaitu Ekstraversion (E), Neuroticism (N), dan Psikoticism (P). Menurutnya nuerotisme dan psikotisme itu bukan sifat patologis. Tiga dimensi itu adalah bagian normal dari struktur kepribadian. Semuanya bersifat bipolar; Ektraversion - Introversion, Neuroticism - Emosional Stability, dan Psychoticism - Impulse Control. Dan orang yang memiliki skor tinggi pada tiga dimensi tersebut memiliki kecenderungan melakukan kriminalitas. Semua orang berada dalam rentangan bipolar itu mengikuti kurva normal, artinya sebagian besar orang berada ditengah-tengah polarisasi. Masing-masing dimensi saling bertentangan dan merupakan tipe dari kumpulan 9 trait, jadi semuanya ada 27 trait.
EKSTRAVERSION (E)
Trait Ektraversion
Trait Introversion
sociable, lively, active, assertive, sensation seeking, carefree, dominance, surgent, ventureso
Tidak sosial, pasif, ragu, pendiam, banyak pikiran, sedih, penurut, pesimis, penakut, tertutup, damai, tenang, dan terkontrol
Penyebab utama perbedaan antara ekstraversion dan introversion adalah tingkat keterangsangan korteks (CAL = Cortical Arousal Level), kondisi fisiologis yang sebagian besar bersifat keturunan. CAL rendah artinya korteks tidak peka, reaksinya lemah. Sebaliknya CAL tinggi, korteks mudah terangsang untuk bereaksi.
Ektraversion
Introversion
CAL-nya rendah
CAL-nya tinggi
Membutuhkan banyak ransangan untuk megaktifkan korteksnya
Membutuhkan sedikit ransangan untuk mengaktifkan korteksnya
Suka ikut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas
Menarik diri, menghindari situasi ramai, situasi yang menyebabkan ketegangan terlalu tinggi, aktifitas yang menantang, memimpin suatu perkumpulan, dan melakukan keisengan.
NEUROTICISM (N)
            Trait dari neurotisisme adalah: anxious, depressed, guild feeling, low self esteem, tension, irrational, shy, moody, emotional. Dasar biologis dari neuroticism adalah kepekaan reaksi sistem syaraf otonom (ANS = Autonomic Nervous System). Orang yang kepekaan ANS-nya tinggi, pada kondisi lingkungan wajar sekalipun sudah merespon secara emosional jadi gampang mengalami gangguan neurotik. Neurotisisme dan ekstraversi bisa digabung dalam hubungan CAL dan ANS, dan dalam bentuk garis absis ordinat. Kedudukan setiap orang pada bidang dua dimensi itu tergantung kepada tingkat ekstraversi dan neurotisismenya.
Subyek
Dimensi
CAL
ANS
Simptom
(A)
Introver-Neurotik
Tinggi
Tinggi
Gangguan psikis tingkat pertama
(B)
Ekstraver-Neurotik
Rendah
Tinggi
Gangguan psikis tingkat kedua
(C)
Introver-Stabilita
Tinggi
Rendah
Normal introvers
(D)
Ekstravers-Stabilitas
Rendah
Rendah
Normal ekstravers
Keterangan :
A adalah orang introvert-neurotik (ekstrim introvers dan ekstrim neurotisisme). Orang itu cenderung memiliki simpton-simpton kecemasan, depresi, fobia, dan obsesif-kompulsif, disebut mengidap gangguan psikis tingkat pertama (disorders of the first kind).
B adalah orang ekstravers-neurotik. Orang itu cenderung psikopatik, kriminal, atau mengidap gangguan psikis tingkat kedua (disorders of the second kind).
C adalah orang normal yang introvers; tenang, berpikir mendalam, dapat dipercaya.
D adalah orang yang normal-ekstravers; riang, responsif, senang bicara/bergaul.
PSYCHOTICISM (P)
Skor Psychoticism Tinggi
Skor Psychoticism Rendah
egosentris, dingin, tidak mudah menyesuaikan diri, impulsive, kejam, agresif, curiga, psikopatik dan anti sosial
baik hati, hangat, penuh perhaitan, akrab, tenang, sangat sosial,empatik, kooperatif, dan sabar
Seperti ekstraversion dan neuroticism, psychoticism mempunyai unsur genetik yang besar. Secara keseluruhan tiga dimensi kepribadian itu 75% bersifat herediter, dan hanya 25% yang menjadi fungsi lingkungan. Dan pria memilki skor yang leboh besar dibanding wanita dalam dimensi psikotisme karena hormon progesteron pria lebih besar daripada wanita.
IV.         INTERVENSI
Selain menekankan pentingnya faktor-faktor genetik, Eysenck juga mendukung terapi perilaku, atau pengobatan perilaku abnormal sesuai dengan prinsip- prinsip teori belajar. Secara logikanya, jika tingkah laku itu diperoleh dari belajar, tingkah laku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar. Eysenck memilih model terapi tingkah laku dalam mengubah tingkah laku maladaptif.
V.         PERAN UTAMA HEREDITAS
             Eysenk juga meneliti perbandingan antara kembar identik (monozyzot) dan fraternal (dizygot). Hasilnya kembar identik lebih mirip kepribadiannya daripada kembar fraternal, bahkan ketika anak kembar identik tinggal bersama orangtua yang berbeda.
Penelitian tentang anak adopsi juga menunjukkan bahwa kepribadian mereka lebih mirip dengan orangtua biologisnya daripada orangtua adopsi mereka, walaupun mereka tidak mengenal orangtua biologis mereka.
VI.     ASSESMENT
Ada empat inventori yang dipakai untuk melakukan penelitian atau untuk memahami klien.
1.       Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara keduanya.
2.       Eysenck Personality Inventory (EPI), Alat tes ini memiliki skala kebohongan (lie-L) untuk mendeteksi kepura-puraan (faking) yang terpenting dalam tes ini yaitu untuk mengukur ekstraversi dan neurotisme secara independen dengan korelasi yang hampir nol antara E dan N.
3.       Eysenck Personality Questionnair (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap dipublikasikan). Memasukan skala psikotik.
4.       Eysenck Personality Questionnair-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ. Mempunyai versi dewasa dan anak-anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mangandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. [1] McClelland [2] menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu. Ia menandai tiga motivasi utama, yaitu: penggabungan, kekuatan dan prestasi. Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk mencapai hasil terbaik. Motivasi berprestasi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk menguasai hal-hal yang ...

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI JULIAN ROTTER

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannya. Kedua pakar teori tersebut menolak penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung, malah mereka menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang adalah determinan utama dari perilaku. Rotter beragumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui pemahaman dari interaksi antara manusia dan lingkungan yang berarti untuk mereka. Sebagai interaksionis, Rotter yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun lingkungan itu sendiri yang sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku. Malah, ia beragumen bahwa kondisi manusia, sejarah masa lalu dan ekspektasi terhadap masa depan adalah kunci utama untuk memprekdisikan perilaku. Dalam hal ini, ia ber...

MAKALAH KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sejak pertengahan abad XIX, yang didakwahkan sebagai abad kelahiran psikologi kontemporer di dunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “psikologi” yang ditawarkan oleh para psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan, seiring dengan kecenderungan, asumsi dan aliran yang dianut oleh penciptanya. Meskipun demikian, perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam tigapengertian. Pertama, psikologi adalah studi tentang jiwa ( psyche ), seperti studi yang dilakukan Plato (427-347 SM.) dan Aristoteles (384-322 SM.) tentang kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian, persepsi, intelegensi, kemauan, dan ingatan. Definisi ini dipelopori oleh Wilhelm Wundt. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku organisme, seperti perilaku kucing terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesa...