Langsung ke konten utama

Makalah Psikologi Abnormal



PENGANTAR PSIKOLOGI ABNORMAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Pada Mata Kuliah Pengantar Psikologi



Oleh :
Adisty Putri Angga Dewi        ( 15220032 )


Dosen Pembimbing

MUKHSIN KHALIDA
NIP. 19700403 200312 1 001





PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2015


BAB I
                                             PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Dalam makalah ini akan membahan tentang perilaku Abnormal. Kategori normalitas dan abnormalitas menjelaskan gambaran ideal dari perilaku, meskipun perilaku dan tindakan tersebut dihindari dalam diri seseorang. Banyak sekali istilah yang berhubungan dengan kejiwaan. Di antara berbagai istilah atau nama itu adalah perilaku atau psikologi abnormal, perilaku meladaptif, gangguan mental, gangguan emosional, psikopatologi, disfungsi psikologis, sakit mental, gangguan perilaku dan kadang disebut gila. Dengan perkrmbangan lain, dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan ditandai dengan perilaku maladaptif yang terjadi ketika orang tersebut melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan umur, kriteria ini mengacu pada tingkatan IQ.
Gangguan psikologis juga dapat dikelompokkan berdasarkan model, yaitu struktur teoristis yang bersifat tentatif digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan disfungsi psikologi atau perilaku abnormal itu. Model adalah analogi konseptual yang memiliki kualitas yang membimbing pemikiran kita mengenai perangkat kejadian tertentu.

1.2   Rumusan Masalah

1.       Apa pengertian Psikologi Abnormal secara Umum ?
2.       Apa pengertian Psikologi Abnormal secara Islam ?
3.       Faktor apakah yang menyebabkan perilaku Abnormal secara Umum ?
4.       Faktor apakah yang menyebabkan perilaku Abnormal secara Islam ?
5.       Bagaimana Model Rehabilitasi / Resosialisasi perilaku Abnormal secara Umum ?
6.       Bagaimana Model Rehabilitasi / Resosialisasi perilaku Abnormal secara Islam ?

1.3   Tujuan

1.       Agar mengetahui definisi Psikolagi Abnormal secara Umum.
2.       Agar mengetahui definisi Psikologi Abnormal secara Islam.
3.       Supaya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku Abnormal secara Umum.
4.       Supaya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan perilaku Abnormal secara Islam.
5.       Agar mengetahui Model Rehabilitas atau Resosialisasi perilaku Abnormal secara Umum.
6.       Agar mengetahui Model Rehabilitas atau Resosialisasi perilaku Abnormal secara Islam.
























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Psikologi Secara Umum
Dalam makalah ini akan membahan tentang perilaku Abnormal. Kategori normalitas dan abnormalitas menjelaskan gambaran ideal dari perilaku, meskipun perilaku dan tindakan tersebut dihindari dalam diri seseorang. Banyak sekali istilah yang berhubungan dengan kejiwaan. Di antara berbagai istilah atau nama itu adalah perilaku atau psikologi abnormal, perilaku meladaptif, gangguan mental, gangguan emosional, psikopatologi, disfungsi psikologis, sakit mental, gangguan perilaku dan kadang disebut gila. Dengan perkembangan lain, dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan ditandai dengan perilaku maladaptif yang terjadi ketika orang tersebut melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan umur, kriteria ini mengacu pada tingkatan IQ. [1]
Gangguan psikologis juga dapat dikelompokkan berdasarkan model, yaitu struktur teoristis yang bersifat tentatif digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan disfungsi psikologi atau perilaku abnormal itu. Model adalah analogi konseptual yang memiliki kualitas yang membimbing pemikiran kita mengenai perangkat kejadian tertentu.
B.     Pengertian Psikologi Secara Islam
Suatu perilaku menyimpang dari syariat-syariat islam yang dilakukan oleh seseorang  baik kepada diri sendiri, orang lain ataupun Tuhan. 
Diagnosis perilaku abnormal didasarkan pada frekuensi statistik, norma sosial, perilaku penyesuain, dan penderitaan pribadi.
Pengertian gangguan kejiwaan menurut:
1.      Gangguan kejiwaan dalam pandangan akademis meliputi:
a.       Menyimpang dari standar kultural atau sosial. Ullman dan Klasner, seperti dikemukakan Coleman dkk., 1994 bertitik tolak dari pengertian abnormal sebagai cap yang ditetapkan pada pada perilaku yang menyimpang dari harapan-harapan sosial. Tidak ada tingkah laku abnormal selama masyarakat menerimanya.
b.      Ketidakmampuan menyelesaikan diri. Pandangan ini menyatakan babwa perilaku abnormal adalah perilaku yang maladaptif ketika individu berada dalam kondisi atau situasi yang menuntutnya melakukan tindakan menyesuiakan diri dengan baik. Mal: tidak, rusak; adaptation: sesuai, kesesuaian. Kondisi atau situasi adalah kondisi dan situasi yang pada umumnya orang tidak sukar untuk menyesuaikan diri, merespon dengan tepat, tetepi bagi penderita ternyata sulit.
c.       Menyimpang secara statis, violasi atas norma sosial. Norma-norma nomerik yang didasarkan pada prosedur statistik, dapat dijadikan landasan bagi pengelompokan perilaku. Maka yang rata-rata itu menunjukkan orang-orang yang tergolong normal, sedangkan yang sangat sering atau sangat jarang, termasuk eksterm, abnormal.[2]
2.      Pengertian salah pada kaum awam, merupakan kenyataan yang berlaku dan susah di bendung diluruskan dengan akibat kerugian yang besar di masyarakat itu sendiri.
a.       Keyakinan bahwa perilaku abnormal itu selalu kacau. Pada kenyataannya, gangguan perilaku menyangkut suatu pola perilaku yang sangat lebar. Ada tipe perilaku abnormal yang jelas-jelas patologis, tetapi ada pula yang hanya berupa ketidakmampuan untuk memehami konflik-konflik secara efektif.
b.      Gagasan bahwa atara normal dan abnormal berbeda tajam. Pada kenyataannya, sering susah untuk membedakan antara orang normal dan abnormal, kecuali pada kasus-kasus yang ekstrim.
c.       Pandangan bahwa [3]gangguan mental merupakan stigma turunan. Kebanyakan keluarga memiliki satu atau lebih anggota yang tergantung dalam sejarah hidupnya.
d.      Pandangan bahwa genius sebagai saudara kegilaan. Banyak orang beranggapan bahwa orang-orang genius dalam ilmu dan seni sering terlihat memiliki kecenderungan untuk sakit mental.
e.       Pandangan bahwa pasien mental berbahaya dan tak dapat disembuhkan. Akibatnya penderita yang telah berhasil menyelesaikan perawatan di rumah sakit dan mereka yang pernah mengalami gangguan mental dipandang sebagai seorang yang tidak stabil dan setiap saat dapat membahayakan dirinya maupun orang lain.

C.    Faktor-faktor Penyebab Perilaku Abnormal secara Umum
A.    Menurut Tahap Berfungsinya
1.      Penyebab Primer ( Primary Cause ). Penyebab primer adalah kondisi yang tanpa kehadirannya suatu gangguan tidak akan muncul. Misalnya infeksi sipilis yang menyerang system syaraf pada kasus paresis general yaitu sejenis psikosis yang disertai paralysis atau kelumpuhan yang bersifat progresif atau berkembang secara bertahap sampai akhirnya penderita mengalami kelumpuhan total. Tanpa infeksi sipilis gangguan ini tidak mungkin menyerang seseorang.
2.      Penyebab yang Menyiapkan ( Predisposing Cause ). Kondisi yang mendahului dan membuka jalan bagi kemungkinan terjadinya gangguan tertentu dalam kondisi – kondisi tertentu di masa mendatang. Misalnya anak yang ditolak oleh orang tuanya (rejected child) mungkin menjadi lebih rentan dengan tekanan hidup sesudah dewasa dibandingkan dengan orang – orang yang memiliki dasar rasa aman yang lebih baik
3.      Penyebab Pencetus ( Preciptating Cause ). Penyebab pencetus adalah setiap kondisi yang tak tertahankan bagi individu dan mencetuskan gangguan. Misalnya seorang wanita muda yang menjadi terganggu sesudah mengalami kekecewaan berat ditinggalkan oleh tunangannya. Contoh lain seorang pria setengah baya yang menjadi terganggu karena kecewa berat sesudah bisnis pakaiannya bangkrut.
4.      Penyebab Yang Menguatkan ( Reinforcing Cause ). Kondisi yang cenderung mempertahankan atau memperteguh tinkah laku maladaptif yang sudah terjadi. Misalnya perhatian yang berlebihan pada seorang gadis yang ”sedang sakit” justru dapat menyebabkan yang bersangkutan kurang bertanggungjawab atas dirinya, dan menunda kesembuhannya. (Dyah Kusbiantari dalam http: //kusbiantari.blogspot.com / 2012 diakses tanggal 16 November 2012).
5.      Dalam kenyataan, suatu gangguan perilaku jarang disebabkan oleh satu penyebab tunggal. Serangkaian faktor penyebab yang kompleks, bukan sebagai hubungan sebab akibat sederhana melainkan saling mempengaruhi sebagai lingkaran setan, sering menadi sumber penyebab sebagai abnormalitas.

B.     Menurut Sumber Asalnya

1.      Faktor Biologis adalah berbagai keadaan biologis atau jasmani yang dapat menghambat perkembangan ataupun fungsi sang pribadi dalam kehidupan sehari – hari seperti kelainan gen, kurang gizi, penyakit dsb. Pengaruh – pengaruh faktor biologis lazimnya bersifa menyeluruh. Artinya mempengaruhi seluruh aspek tingkah laku, mulai dari kecerdasan sampai daya tahan terhadap stress.
Ini dapat dihubungkan kewarisan genetis atau gangguan fungsi fisik, menurut Dr. Tobin komponen rutin dalam setiap evaluasi penilaian sampai sejauh mana masalah yang kelihatannya disebabkan secara emosiobnal dapat dijelaskan dalm kerangka determinal biologis.[4]
2.      Faktor Psikologis adalah gangguan yang umumnya muncul sebagai akibat pengalaman gaya hidup yang bermasalah. Pengalaman hidup tersebut bersifat interpersonal kejadian-kejadian yang terjadi karena interaksi dengan orang lain. Namun, orang juga memiliki pengalaman intra psikis, pengalaman yang terjadi di dalam fikiran dan perasaan. Masaalah-masalah emosional dapat mubncul dari persepsi yang terdistorsi dan cara berfikir yang salah.[5]
3.      Faktor Sosio Kultural, istilah ini mengacu pada berbagai lingkaran pengaruh sosial jalan hidup seseorang. Abnormalitas dapat pula disebabkan oleh kejadian-kejadian pada selah satu atau keseluruhan konteks sosial tersebut.[6]
4.      Faktor – faktor psikososial
a.       Trauma Di Masa Kanak-kanak. Trauma Psikologis adalah pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu, dan harga diri sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya. Trauma psikologis yang dialami pada masa kanak – kanak cenderung akan terus dibawa sampai ke masa dewasa.
b.      Deprivasi Parental. Tiadanya kesempatan untuk mendapatka rangsangan emosi dari orang tua, berupa kehangatan, kontak fisik,rangsangan intelektual, emosional dan social.
c.       Hubungan orang tua – anak yang patogenik. Hubungan patogenik adalah hubungan yang tidak serasi, dalam hal ini hubungan antara orang tua dan anak yang berakibat menimbulkan masalah atau gangguan tertentu pada anak.
d.      Struktur keluarga yang patogenik. Struktur keluarga sangat menentukan corak komunikasi yang berlangsung diantara para anggotanya. Struktur keluarga tertentu melahirkan pola komunikasi yang kurang sehat dan selanjutnya muncul pola gangguan perilaku pada sebagian anggotanya. Ada empat struktur keluarga yang melahirkan gangguan pada para anggotanya.
e.       Keluarga yang tidak mampu mengatasi masalah sehari-hari. Kehidupan keluarga karena berbagai macam sebab seperti tidak memiliki cukup sumber atau karena orang tua tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan secukupnya .
f.       Stress berat. Stress adalah keadaan yang menekan khususnya secara psikologis.

C.    Faktor-faktor Penyebab Perilaku Abnormal secara Islam

Al-hazali meyebutkan delapan kategori yang termasuk prilaku mersak ( al-muhlikat) yang mengakibatkan psikopatologi, yaitu :[7]
Bahaya syahwat perut dan kelamin ( seperti memakan makanan syubhat atau haram, atau hubungan seks yang dilarang),
Bahaya mulut ( seperti mengolok-olok, debat yang tidak berarti, dusta, adu domba, dan menceritakan keelekan orang lain),
·         Bahaya marah, iri dan dengki
·         Bahaya cinta dunia,
·         Bahaya cinta harta dan pelit,Bahaya angkuh dan pamer,
·         Bahaya sombong dan membanggakan diri,
·         Bahaya menipu.


4.3  Model Perilaku Abnormal Secara Umum dan Islam
Gangguan psikologis juga dapat dikelompokkan berdasarkan model, yaitu struktur teoris yang bersifat tentatif yang digunakn untuk mengurai dan menjelaskan disfungsi psikologis atau perilaku abnormal itu. Model adalah suatu analogi konseptual yang memiliki kualitas yang mampu membimbing mengenai kejadian tertentu. Banyak model psikologi atau perilaku abnormal para ahli, termasuk model kultural, model sistem, model eksistensial, model genetik, model humanistik, model belajar, model medis, model moral, model psikodinamik dll.
1.      Model medis, model ini disebut model penyakit atau model organik. Menurut konseptualisme model ini, perilaku abnormal yang bersangkutan dengan kelemahan fisik melaikan dilihat sebagai akibat dari penyakit, kekurangan dan kelemahan biologis atau kimiawi. Model medis ini, juga disebut medical orientation, ialah orientasi yang menyatakan bahwa gangguan kejiwaan mempunyai landasan biologis, termasuk fisik, syaraf dan organik.Orientasi ini didasarkan pada salah satu pendekatan psikologi, ialah pendekatan biologis atau psikologi biologis yang dalam terapannya antara lain muncul dalam pemahaman yang terutama menyangkut  psikologi klinis, ialah psikologi medis.
2.      Model Psikodinamik , ini menjelaskan bahwa perilaku tidak di sadari serta konflik psikologis membawa orang pada keadaan cemas, dimana ego berusaha itu disadarkan agar ingar kembali.
3.      Model belajar, menjelaskan bahwa perilaku terjadi karena pengalaman salah belajar.
4.      Model sistem menggunaknan konsep-konsep ilmu, proses informasi yang salah atau  kurang sesuai.[8]

DAFTAR PUSTAKA
                       
Wiramihardja, Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Refika Aditama

Halgin, Richard P.  dan Susan Krauswhitbourne dan penerjemah Aliatusya’ni, S.Psi.,dkk.2010. Pengantar Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : Salemba Humanika

Nevid S Jeffrey, Rathrus A Spencer,Greene Beverly, Psikologi Abnormal, Edisi kelima, penerbit Erlangga, Jakarta : 2003.







[1] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Refika Aditama. Hlm. 71

[2] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Refika Aditama. Hlm. 64-66

[3][3] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Refika Aditama. Hlm. 67-69

[4] Richard P. Halgin dan Susan Krauswhitbourne dan penerjemah Aliatusya’ni, S.Psi.,dkk.2010. Pengantar Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 9

[5] Richard P. Halgin dan Susan Krauswhitbourne dan penerjemah Aliatusya’ni, S.Psi.,dkk.2010. Pengantar Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 9-11


[6] Richard P. Halgin dan Susan Krauswhitbourne dan penerjemah Aliatusya’ni, S.Psi.,dkk.2010. Pengantar Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologi. Jakarta : Salemba Humanika. Hlm. 11


[7] [7]Hijjatul Islam Iamam AlGhazali, Ihya Ulumuddin
[8] Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.2012. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : Refika Aditama. Hlm. 79-81

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Motivasi Berprestasi

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mangandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. [1] McClelland [2] menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil dalam bisnis dan industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu. Ia menandai tiga motivasi utama, yaitu: penggabungan, kekuatan dan prestasi. Motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kebutuhan dalam diri seseorang untuk mencapai hasil terbaik. Motivasi berprestasi juga dapat diartikan sebagai kebutuhan untuk menguasai hal-hal yang ...

MAKALAH PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TEORI JULIAN ROTTER

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Teori belajar kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan bereaksi terhadap dorongan dari lingkungannya. Kedua pakar teori tersebut menolak penjelasan Skinner yang menyatakan bahwa perilaku terbentuk oleh penguatan langsung, malah mereka menyebutkan bahwa ekspektasi seseorang atas kejadian yang akan datang adalah determinan utama dari perilaku. Rotter beragumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui pemahaman dari interaksi antara manusia dan lingkungan yang berarti untuk mereka. Sebagai interaksionis, Rotter yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun lingkungan itu sendiri yang sepenuhnya bertanggung jawab atas perilaku. Malah, ia beragumen bahwa kondisi manusia, sejarah masa lalu dan ekspektasi terhadap masa depan adalah kunci utama untuk memprekdisikan perilaku. Dalam hal ini, ia ber...

MAKALAH KEPRIBADIAN DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sejak pertengahan abad XIX, yang didakwahkan sebagai abad kelahiran psikologi kontemporer di dunia Barat, terdapat banyak pengertian mengenai “psikologi” yang ditawarkan oleh para psikolog. Masing-masing pengertian memiliki keunikan, seiring dengan kecenderungan, asumsi dan aliran yang dianut oleh penciptanya. Meskipun demikian, perumusan pengertian psikologi dapat disederhanakan dalam tigapengertian. Pertama, psikologi adalah studi tentang jiwa ( psyche ), seperti studi yang dilakukan Plato (427-347 SM.) dan Aristoteles (384-322 SM.) tentang kesadaran dan proses mental yang berkaitan dengan jiwa. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental, seperti pikiran, perhatian, persepsi, intelegensi, kemauan, dan ingatan. Definisi ini dipelopori oleh Wilhelm Wundt. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku organisme, seperti perilaku kucing terhadap tikus, perilaku manusia terhadap sesa...